Arsip Blog

Minggu, 17 Juni 2012

Makna Kata "Bangsat" yang Sebenarnya.

Kata “Bangsat” ditujukan ke orang yang sifatnya brengsek, seperti penghianat, usil, dan munafik. Tidak ada orang yang mau dituduh bangsat, dan kalau kita menyebut orang sebagai bangsat, dapat mengundang perang besar dalam jangka lama, perang batarayuda.


Ternyata di Jakarta, tepatnya bagi orang Betawi, bangsat itu adalah binatang kepinding. Binatang ini suka menyelinap di sela-sela perabotan menunggu mangsa untuk disedot darahnya, suka menyelinap di sela-sela tubuh menyedot darah, gatalnya bukan main dan baunya minta ampun.

Tetapi di Rawasari, Jakarta, ada seorang pemuda (sudah 32 an tahun tapi belum kawin-kawin) namanya Satrio. Orangnya sangat baik, suka menolong, pemberani. Pernah sendirian membekuk maling yang mencoba memalingi rumah di lorong dimana dia tinggal. Bang Satrio ini sangat disukai anak-anak, di sayangi ibu-ibu karena suka menolong mereka menyeberangi jalan raya yang padatnya minta ampun. Pokonya tak ada yang tak kenal yang namanya Satrio. Tanyakan ke penduduk dimana dia tinggal, semua akan gembira mengantarkan anda sampai ke pintu rumahnya. Adanya Satrio menjadikan kampung aman, preman-pun jerih mendengar namanya.

Satrio ini dipanggil Bang Sat, singkatan dari Bang Satrio. Jadi di Rawasari kalau anda bertanya di mana Bangsat tinggal, anda akan diantarkan ke rumah bang Satrio. Tapi kalau di Medan, pertanyaan seperti itu akan membawa anda ke masalah, dan di Condet (kampung Betawi) pertanyaan seperti itu membingungkan orang yang ditanya, atau jangan-jangan kita dianggap gila.

Demikianlah sebuah kata “bangsat” memberikan makna yang berbeda. Sebuah kata bermakna karena diberikan makna oleh penuturnya.

Demikian juga kata “Benar” tidak selalu sama dengan “Betul’. Buktinya “kebenaran” tidak sama dengan “kebetulan”.

Lalu apakah “kenaikan harga” adalah kata yang benar?, ah tidak, sebab tidak ada kata “keturunan harga”.

Ada orang Batak naik bis kota di Jakarta. Sejak naik sampai turun di tempat tujuan dia tidak dapat tempat duduk, berdiri terus. Si Batak ini menceritakannya begini : “sejak kenaikan sampai keturunan aku tidak dapat kedudukan”. Bah ……pemirsa pada bingung.

Ada juga teman yang berlangganan di sebuah warung nasi (warteg). Saban makan siang dia sudah pasti di sana. Selain murah yang terpenting bisa ngutang. Warung ini memang sangat laku. Tetapi oleh Pemda setempat warung digusur, katanya karena wilayah itu jalur hijau. Warung terpaksa pindah ke tempat lain. Teman ini ingin tau bagaimana warung setelah pindah, apakah laku atau tidak, tetapi pertanyaannya begini:”setelah pindah ke tempat baru ini, bagaimana kelakuan warung?”, tukang warung bingung dah.

Hahahaaaaa, selamat bergembira.

3 komentar: